Back
3 Aug 2016
Jepang Melihat Sell-off Obligasi Yang Kejam - Rabobank
Michael Every, Kepala Penelitian Pasar Keuangan di Rabobank, mencatat bahwa Jepang melihat sell-off obligasi yang kejam yang sama dengan yang dialami Jerman tahun lalu.
Kutipan Penting
"Meskipun pemerintah Jepang meluncurkan USD45 milyar dari stimulus fiskal baru Selasa kemarin pasar sudah mengetahui bahwa terlalu sedikit untuk menghidupkan kembali ekonomi yang sakit. Selain itu, mulai mempertanyakan sikap BoJ selanjutnya. Gubernur Kuroda telah berjanji untuk menilai kembali keberhasilan (atau lebih tepatnya kurangnya) kebijakan moneter yang luar biasa pada pertemuan awal September: keprihatinan muncul daripada menuju 'helicopter money', yaitu, dukungan berkelanjutan stimulus fiskal dengan stimulus moneter lebih lanjut, BoJ mungkin berhenti dan menekankan bahwa itu adalah faktor struktural yang menahan perekonomian. Sebagai contoh, mungkin setuju dengan apa yang saya telah lama perdebatkan tentang Jepang: bahwa meningkatkan IHK ke 2% tahunan tanpa menaikkan upah terlebih dulu, merugikan daripada membantu konsumen dan ekonomi.
Sementara pemikiran BoJ seperti yang terakhir kita melihat yiled obligasi JGB meningkat lebih lanjut, terutama mengingat gambaran utang yang tidak berkelanjutan tanpa kemurahan Kuroda ini. Namun arus modal mungkin masih berarti inflow di tempat lain, berpotensi menarik yield obligasi lainnya lebih rendah lagi - setelah semuanya, Yang digapai Jepang adalah negatif, bukan positif bagi prospek pertumbuhan global, dan lebih rendah berarti deflasi tidak inflasi. Sementara itu JPY akan terus mengapresiasi; dengan uji 100 mencari kemungkinan jangka dekat, perdagangan 'risk-off' akan terus memukul pasar ekuitas."
Kutipan Penting
"Meskipun pemerintah Jepang meluncurkan USD45 milyar dari stimulus fiskal baru Selasa kemarin pasar sudah mengetahui bahwa terlalu sedikit untuk menghidupkan kembali ekonomi yang sakit. Selain itu, mulai mempertanyakan sikap BoJ selanjutnya. Gubernur Kuroda telah berjanji untuk menilai kembali keberhasilan (atau lebih tepatnya kurangnya) kebijakan moneter yang luar biasa pada pertemuan awal September: keprihatinan muncul daripada menuju 'helicopter money', yaitu, dukungan berkelanjutan stimulus fiskal dengan stimulus moneter lebih lanjut, BoJ mungkin berhenti dan menekankan bahwa itu adalah faktor struktural yang menahan perekonomian. Sebagai contoh, mungkin setuju dengan apa yang saya telah lama perdebatkan tentang Jepang: bahwa meningkatkan IHK ke 2% tahunan tanpa menaikkan upah terlebih dulu, merugikan daripada membantu konsumen dan ekonomi.
Sementara pemikiran BoJ seperti yang terakhir kita melihat yiled obligasi JGB meningkat lebih lanjut, terutama mengingat gambaran utang yang tidak berkelanjutan tanpa kemurahan Kuroda ini. Namun arus modal mungkin masih berarti inflow di tempat lain, berpotensi menarik yield obligasi lainnya lebih rendah lagi - setelah semuanya, Yang digapai Jepang adalah negatif, bukan positif bagi prospek pertumbuhan global, dan lebih rendah berarti deflasi tidak inflasi. Sementara itu JPY akan terus mengapresiasi; dengan uji 100 mencari kemungkinan jangka dekat, perdagangan 'risk-off' akan terus memukul pasar ekuitas."